Loading...
Publik banyak mempertanyakan mengapa saat menkopolhukam Wiranto ditusuk orang tak dikenal tak mengeluarkan darah.
Bahkan Ada yang berpendapat kasus penusukan Wiranto hanya rekayasa karena tak melihat adanya darah.
Wiranto mengalami musibah itu saat ia berada di Pandeglang, Banten.
Ketika baru saja turun dari mobil yang membawanya Wiranto mendadak diserang dua orang tak dikenal.
Wiranto langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk penanganan pertama sebelum diterbangkan ke Jakarta.
Kini, kedua pelaku sudah diamankan oleh pihak berwajib.
Teka-teki soal darah Wiranto kini rupanya mulai terkuak.
Hal tersebut dijelaskan langsung oleh dokter yang menangani Wiranto, Ali Ngabalin di acara Dua Sisi TV One.
Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto (Ist)
Tenaga Ahli Deputi IV KSP Ali Mochtar Ngabali atau Ali Ngabalin memaparkan penjelasan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto terkait darah dan luka yang diderita oleh Wiranto.
Menurut Ali Ngabalin dari keterangan dokter, Wiranto menderita luka tusukan dengan kedalam sekitar 10 sentimeter.
"Menurut keterangan pak Terawan dua tusukan, kedalamanya sekitar 10 cm, " kata Ali Ngabalin.
Menurut keterangan dokter, kata Ali Ngabalin, darah yang keluar dari tubuh Wiranto akibat luka tusuk itu memang tidak banyak.
"Kalau dari luar darahnya memang tidak terlalu banyak , tetapi karena dalam dinding perut itu senjata tajam menembus usus kecil, diperkirakan darah yang tertampung itu sekitar 3 liter, jadi memang ada masa yang kita khawatirkan kemarin," kata Ali Ngabalin dikutip dari tayangaan Dua Sisi Tv One.
Kondisi Mengkopolkam Wiranto pasca insiden penusukan yang dilakukan ornag tak dikenal saat berkunjung di salahsatu pesantren di Pandeglang Jawa Barat, Kamis (10/10/2019)
Kondisi Mengkopolkam Wiranto pasca insiden penusukan yang dilakukan ornag tak dikenal saat berkunjung di salahsatu pesantren di Pandeglang Jawa Barat, Kamis (10/10/2019) (WhatsAppGroup Kabar Lampung)
Dokter menjelaskan, lanjut Ali Ngabalin, luka sobek pada perut kiri Wiranto sepanjang 6 sentimeter.
"Tersobek dari kiri ke kanan dua tusukan itu sekitar 6 centi jadi menembus perut sampai ke usus kecil menurut keterangan dokter," kata Ali Ngabalin.
Ada pula yang malah senang Wiranto ditusuk.
Psikolog Sosial Hening Widyastuti mengatakan penyerangan Wiranto dan komenyat publik erat kaitannya dengan kasus politis yang sifatnya rentan dan sensitif.
"Pak Wiranto menjabat sebagai Menko Polhukam, ada kaitan secara langsung atau tidak langsung, yang bertanggung jawab dengan situasi kondisi keamanan saat ini yang tidak stabil di Indonesia," ujar Hening Widyastuti.
"Kasus demo di mana-mana, serang-menyerang lewat media sosial maupun di lapangan antara pendukung yang satu dan yang lain, belum kasus kemanusiaan di Papua, dan lain sebagainya," kata Hening Widyastuti.
Ada yang berpendapat kasus penusukan Wiranto hanya rekayasa karena tak melihat adanya darah.
Kepala Pusat Riset Kajian Terorisme Benny Mamoto juga menanggapi isu penusukan terhadap Wiranto hanya sebuah rekayasa.
Benny Mamoto memintaa publik untuk tidak berkomentar terlalu dini.
"Dengan beredarnya berbagai komentar termasuk di medsos, kalau boleh terlalu dini ataupun dengan tujuan tertentu ini sebaiknya direm, " kata Benny Mamoto di Dua Sisi TV One.
"semua kasus terorisme akan digelar di pengadilan, disitulah akan ada pembuktian secara terbuka, ketika nanti hasil di pengadilan pembuktian bertolak belakang dengan yang ditulis, ada UU ITE, ini yang kami ingatkan," tambahnya.
Menurut Benny Mamoto, spekulasi bahwa kasus penyerangan terhadap Wiranto hanya rekayasa tidak bisa dibenarkan sebelum adanya pembuktian dari polisi.
"Nah, betul, berbagai macam kometar itu terlalu dini, jadi marilah kita tunggu, kita tunggu konferensi pers dari polri soal pengungkapan jaringan, ini perlu waktu, " kata Benny Mamoto.
Benny Mamoto menjelaskan bahwa serangan terorisme selalu saja ada pesan yang disampaikan.
" karena teror tujuannya adalah menimbulkan ketakutan, ada message yang dikirim,
melihat sederhananya, begitu murahnya hanya sebuah pisau, tidak harus mati tapi dampaknya karena yang diserang adalah simbol,
buktinya semua koran headline halaman pertama, jangan anggap teror itu harus bom, dampaknya yang diperlukan," jelas Benny Mamoto.
Benny Mamoto menyebut aksi yang dilakukan Abu Rara cukup cermat.
Pasalnya menurut Benny Mamoto melihat dari video dan foto yang beredar, pelaku sempat berinteraksi dengan petugas pengamanan Wiranto.
• Kenapa 3 Istri Anggota TNI Berani Nyinyiri Wiranto, Pakar Berikan Penjelasan
"Dari foto yang beredar, tersangka sempat beriteraksi dengan petugas,
itu menunjukkan dia cukup cermat untuk masuk ke ring yang lebih dalam,
Dia berkomunikasi dengan aparat supaya tidak curiga, bayangkan kalau dia diam matanya lihat kanan kiri aparat sudah langsung melihat dia," kata Benny Mamoto soal kasus penusukan Wiranto di Pandeglang, Banten. (tribunNewsmaker)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Bukan karena Kebal, Terkuak Teka-Teki Perut Wiranto Tak Berdarah saat Ditusuk, https://lampung.tribunnews.com/2019/10/13/bukan-karena-kebal-terkuak-teka-teki-perut-wiranto-tak-berdarah-saat-ditusuk?page=all.
Penulis: Romi Rinando
Editor: wakos reza gautama
Bahkan Ada yang berpendapat kasus penusukan Wiranto hanya rekayasa karena tak melihat adanya darah.
Wiranto mengalami musibah itu saat ia berada di Pandeglang, Banten.
Ketika baru saja turun dari mobil yang membawanya Wiranto mendadak diserang dua orang tak dikenal.
Wiranto langsung dibawa ke rumah sakit terdekat untuk penanganan pertama sebelum diterbangkan ke Jakarta.
Kini, kedua pelaku sudah diamankan oleh pihak berwajib.
Teka-teki soal darah Wiranto kini rupanya mulai terkuak.
Hal tersebut dijelaskan langsung oleh dokter yang menangani Wiranto, Ali Ngabalin di acara Dua Sisi TV One.
Pisau yang diduga digunakan pelaku untuk menyerang Menkopolhukam Wiranto (Ist)
Tenaga Ahli Deputi IV KSP Ali Mochtar Ngabali atau Ali Ngabalin memaparkan penjelasan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto terkait darah dan luka yang diderita oleh Wiranto.
Menurut Ali Ngabalin dari keterangan dokter, Wiranto menderita luka tusukan dengan kedalam sekitar 10 sentimeter.
"Menurut keterangan pak Terawan dua tusukan, kedalamanya sekitar 10 cm, " kata Ali Ngabalin.
Menurut keterangan dokter, kata Ali Ngabalin, darah yang keluar dari tubuh Wiranto akibat luka tusuk itu memang tidak banyak.
"Kalau dari luar darahnya memang tidak terlalu banyak , tetapi karena dalam dinding perut itu senjata tajam menembus usus kecil, diperkirakan darah yang tertampung itu sekitar 3 liter, jadi memang ada masa yang kita khawatirkan kemarin," kata Ali Ngabalin dikutip dari tayangaan Dua Sisi Tv One.
Kondisi Mengkopolkam Wiranto pasca insiden penusukan yang dilakukan ornag tak dikenal saat berkunjung di salahsatu pesantren di Pandeglang Jawa Barat, Kamis (10/10/2019)
Kondisi Mengkopolkam Wiranto pasca insiden penusukan yang dilakukan ornag tak dikenal saat berkunjung di salahsatu pesantren di Pandeglang Jawa Barat, Kamis (10/10/2019) (WhatsAppGroup Kabar Lampung)
Dokter menjelaskan, lanjut Ali Ngabalin, luka sobek pada perut kiri Wiranto sepanjang 6 sentimeter.
"Tersobek dari kiri ke kanan dua tusukan itu sekitar 6 centi jadi menembus perut sampai ke usus kecil menurut keterangan dokter," kata Ali Ngabalin.
Ada pula yang malah senang Wiranto ditusuk.
Psikolog Sosial Hening Widyastuti mengatakan penyerangan Wiranto dan komenyat publik erat kaitannya dengan kasus politis yang sifatnya rentan dan sensitif.
"Pak Wiranto menjabat sebagai Menko Polhukam, ada kaitan secara langsung atau tidak langsung, yang bertanggung jawab dengan situasi kondisi keamanan saat ini yang tidak stabil di Indonesia," ujar Hening Widyastuti.
"Kasus demo di mana-mana, serang-menyerang lewat media sosial maupun di lapangan antara pendukung yang satu dan yang lain, belum kasus kemanusiaan di Papua, dan lain sebagainya," kata Hening Widyastuti.
Ada yang berpendapat kasus penusukan Wiranto hanya rekayasa karena tak melihat adanya darah.
Kepala Pusat Riset Kajian Terorisme Benny Mamoto juga menanggapi isu penusukan terhadap Wiranto hanya sebuah rekayasa.
Benny Mamoto memintaa publik untuk tidak berkomentar terlalu dini.
"Dengan beredarnya berbagai komentar termasuk di medsos, kalau boleh terlalu dini ataupun dengan tujuan tertentu ini sebaiknya direm, " kata Benny Mamoto di Dua Sisi TV One.
"semua kasus terorisme akan digelar di pengadilan, disitulah akan ada pembuktian secara terbuka, ketika nanti hasil di pengadilan pembuktian bertolak belakang dengan yang ditulis, ada UU ITE, ini yang kami ingatkan," tambahnya.
Menurut Benny Mamoto, spekulasi bahwa kasus penyerangan terhadap Wiranto hanya rekayasa tidak bisa dibenarkan sebelum adanya pembuktian dari polisi.
"Nah, betul, berbagai macam kometar itu terlalu dini, jadi marilah kita tunggu, kita tunggu konferensi pers dari polri soal pengungkapan jaringan, ini perlu waktu, " kata Benny Mamoto.
Benny Mamoto menjelaskan bahwa serangan terorisme selalu saja ada pesan yang disampaikan.
" karena teror tujuannya adalah menimbulkan ketakutan, ada message yang dikirim,
melihat sederhananya, begitu murahnya hanya sebuah pisau, tidak harus mati tapi dampaknya karena yang diserang adalah simbol,
buktinya semua koran headline halaman pertama, jangan anggap teror itu harus bom, dampaknya yang diperlukan," jelas Benny Mamoto.
Benny Mamoto menyebut aksi yang dilakukan Abu Rara cukup cermat.
Pasalnya menurut Benny Mamoto melihat dari video dan foto yang beredar, pelaku sempat berinteraksi dengan petugas pengamanan Wiranto.
• Kenapa 3 Istri Anggota TNI Berani Nyinyiri Wiranto, Pakar Berikan Penjelasan
"Dari foto yang beredar, tersangka sempat beriteraksi dengan petugas,
itu menunjukkan dia cukup cermat untuk masuk ke ring yang lebih dalam,
Dia berkomunikasi dengan aparat supaya tidak curiga, bayangkan kalau dia diam matanya lihat kanan kiri aparat sudah langsung melihat dia," kata Benny Mamoto soal kasus penusukan Wiranto di Pandeglang, Banten. (tribunNewsmaker)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Bukan karena Kebal, Terkuak Teka-Teki Perut Wiranto Tak Berdarah saat Ditusuk, https://lampung.tribunnews.com/2019/10/13/bukan-karena-kebal-terkuak-teka-teki-perut-wiranto-tak-berdarah-saat-ditusuk?page=all.
Penulis: Romi Rinando
Editor: wakos reza gautama
Loading...